chaeruddin al-mandary

Kamis, 26 Desember 2019

ALARM

Alarm terindah di setiap subuhku
adalah tangis anak bungsuku
yang merdu meski tanpa biola.

SIA-SIA

Sungguh sia-sia
menghapus airmata di pipi
tanpa menghentikan sumbernya
yang berhulu di kedalaman hati

Sabtu, 20 April 2019

DOA DI TPS

Wahai Tuhan Yang Maha Kuasa
Berikan kami para penguasa
Penggengam tongkat serupa musa
Agar mampu memimpin bangsa
Dengan segala asa

Wahai Tuhan Yang Maha Bijaksana
Anugerahi kami para pembina
Yang bisa memahami makna
Agar mampu mengantar nusa
Menuju puncak kencana

Wahai Tuhan Yang Maha Rahim
Berikan kami pemimpin alim
Yang tabah serupa Ibrahim
Agar tidak berlaku zalim
Kepada bangsa yang kian miskin

Wahai Tuhan Yang Maha Adil
Jauhkan kami pemimpin jahil
yang serakah serupa qabil
yang tak mampu membaca dalil
Dalam bangsa yang semakin kerdil

Selasa, 16 April 2019

KEPASTIAN

kepastian apa lagi yang kau butuhkan dariku
jika aku aku telah pasrahkan setiap desahku
larut dalam kabut nafasmu

RAGU

jika engkau hanya memiliki pandangan hitam putih,
maka bagaimana engkau akan hidup pada dunia yang penuh warna warni.

NAYA


Pada wajahmu yang bening
Kutemukan selaksa hening
Pada matamu yang tak bergeming
Kudapatkan sejuta kemuning

SIMFONI AKHIR TAHUN


Meski desir angin dan rinai hujan
tak pernah memberiku ruang
tapi hatiku tetap mendekap harapan
semoga daun citaku yang berguguran
akan berganti sejuta kuncup asa di tahun depan

KEYAKINAN

meski sering kali kau hilal-kan dirimu di hadapanku
tapi aku akan senantiasa purnama-kan dirimu di hatiku

BERSAMAMU

meski sulit pahami langkahmu
senantiasa kukuatkan hatiku
karena kuyakin pada janjimu
tuk temani aku hingga ke hulu

JENDELA

Aku merindukan hadirnya rinai hujan
menghilangkan debu di kaca jendela
dan mengantinya dengan bianglala
yang menghiasi lubang di dalam dada

Yudisium

dalam asuhan malam-malam yang berlalu
hilal kecil akhirnya menjelma purnama
dalam asuhan semester-semester yang belalu
mahasiswa kecil itu akhirnya menjadi sarjana

Ruang seminar FIB 201 Unhas 

DI RUANG KELAS

menatap wajah-wajah yang masih hijau
yang duduk berjejer pada deretan bangku kayu
dalam ruangan yang sama tempat dulu aku
melewati semester-semester yang berlalu
menyadarkanku akan kuasa waktu
mungkin suatu saat nanti
satu dua wajah itu
akan menjelma menjadi aku yang lain
dan menjadi pusat tatapan
wajah-wajah yang masih hijau.
yang duduk berjejer pada deretan bangku kayu.

FIB 218, 22 Januari 2012

Minggu, 03 Februari 2019

CERITA HUJAN

ketahuilah ,
bukanlah tentang seberapa lamanya
kita basah bersama di bawah tetesan air hujan
tapi tentang seberapa dalam kenangan tentangku
tetap menggenang di lubang ingatanmu 

ingatlah ,
akan ada masanya angin kemarau berhembus
menyesakkan rongga di dadamu
dan menawarkan musim yang lain di hatimu

Staycoffe Sudiang, 03-02-19

MISTERI RASA

Ketahuilah,
cinta ini benar-benar kubangun dengan serius
murni lahir dari rasaku yang tulus
tapi, mengapa padaku kau tetap berlaku misterius
liar seperti margasatwa yang tak terurus

Staycoffe Sudiang, 03-02-19

Sabtu, 02 Februari 2019

PUISI HUJAN 1

Januari yang basah ini selalu mengingatkanku pada kisah lampau
sebuah kenangan yang semakin jauh untuk dijangkau
serupa pulau yang selalu ingin didatangi sang perantau
sepenggal cerita bahagia masa kanak-kanak pasti kan selalu kemilau
ia takkan bisa belalu
meski kita selalu halau

Gallang Coffee, 02-02-19

SAJAK PAYUNG 2

Maaf,
jika pada musim hujan ini
aku tak membelikanmu payung seperti biasanya
ingin kubiarkan tubuhmu basah dalam derasnya air hujan
.
agar kamu tahu bahwa hujan
adalah karib yang tak perlu dihindari
agar kamu tahu bahwa tetesnya yang meski perlahan
akan mampu menggenapkan kisah ganjil tengtangku
yang mungkin pernah mengisi ruang di hatimu
.
StayCoffe, Sudiang

SAJAK PAYUNG 1

Maaf,
jika pada musim kemarau
aku tidak pernah memperhatikan kamu
bahkan kubiarkan kamu berselimut debu sendirian
.
kini sungguh aku sadar akan khilafku
kamu yang kuanggap tak berarti 
ternyata kini sangat aku butuhkan
saat hujan yang deras itu datang melanda
membuat tubuhku basah dan kedinginan

Staycoffe, Sudiang

Jumat, 18 Januari 2019

TAMU HATI

ketahuilah,
bahwa jiwaku telah lama bersemayam di ruang hatimu
jauh sebelum jemariku mengetuk pintu rumahmu
untuk bertemu dengan ragamu  
.
Makassar, 18-01-19

Kamis, 03 Januari 2019

JALAN KEBIJAKAN 001

Rongga dada kita seperti sistem tata surya, kita harus menciptakan sendiri bintang2, planet2, serta matahari didalamnya. Semakin besar matahari yg kita ciptakan maka akan semakin terang pula ruang di dalam hati kita.

MENIKMATI HUJAN

Malam ini air hujan kembali membasahi atap rumahku yang terbuat dari seng merek Ser*ani. Saya tidak tahu mengapa malam ini saya begitu larut menikmati bunyi tiktak-tiktak tetes air hujan ketika menerpa atap rumahku. Atap yang dulunya menyilaukan mata kini berganti warna kecoklatan krn dimakan usia.
Malam ini saya ingin duduk saja, ya, saya ingin duduk saja disini sambil memandangi butiran air hujan yang berwarna keemasan krn diterpa cahaya lampu di teras. Semakin lama saya pandangi butiran air hujan itu semakin kelam saja warnanya. Tetesan air hujan seolah menjelma menjadi tali-temali yg terulur dengan rapihnya menyerupai arsiran yang sering saya gambar ketika saya masih duduk di bangku SD dulu. Ya saya ingat waktu itu saya paling suka menggambar rumah yg diterpa hujan. Dan gambar tepi atap selalu saya beri arsiran halus sebagai gambar air hujan.
Malam2 di bulan Januari seperti biasanya akan selalu menciptakan suasana yang lembab di teras rumahku. Tapi malam ini terasa begitu lain, karena kelembapan itu kini berpindah pada kedua bola mataku.

GERIMIS SORE

Meski hanya rintik gerimis
Hadirmu sore ini begitu manis
Bunga yang layu karena kemarau
Kembali kuncup penuh kemilau

FIB Unhas. 05:00/04/09/18

HUJAN DAN KENANGAN

Dulu aku adalah genangan
yang tiris dari tetes hujanmu
kini aku adalah kenangan
yang berharap baka dalam ingatanmu

CINTAMU LAUT

karena cintamu semakin laut
maka rasaku  kian dalam terpaut
mungkin saja hanya maut
yang kan membuat cintaku terenggut

HUJAN REDA

meski hujan sore ini telah reda
namun cerita tentangmu tetap ada
membuat rinduku padamu serupa balada
yang senantiasa mengalun tanpa jeda

Makassar, sesaat hujan reda, 03-01-2019

Selasa, 01 Januari 2019

SIMFONI MALAM TAHUN BARU (2019)

Untuk kesekian kalinya
Kita sambut tahun baru dengan sederhana
Tanpa bunyi terompet dan gemerlap kembang api
Cukup dengan menghabiskan malam
Dalam rinai gerimis yang menyisakan genangan kecil di halaman
sembari mengikrarkan satu harapan
”mari kita hapus kisah-kisah parau
Yang pernah membuat hati kita kemarau”

Makassar, 01-01-2019